Masalah kebiasaan buruk membuang air besar sembarangan (BABS) di masyarakat desa masih menjadi pekerjaan klasik di negara ini. Sudah berbagai inovasi program pembangunan dilakukan oleh pemerintah dan LSM untuk mengatasinya. Salah satu yang menarik adalah mengenai bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk memudahkan masyarakat memperoleh jamban. Ini adalah bagian dari bagaimana mendukung kegiatan Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
(Gambar: Pengusaha sanitasi sedang membangun jamban warga desa di Kabupaten Pemalang)
Pemasaran sanitasi muncul sebagai alternatif dari beberapa masalah yang sering dikeluhkan oleh masyarakat mengenai sulitnya mereka berubah perilaku dari BAB sembarang ke jamban sehat. Beberapa alasan dan pertanyaan sering yang muncul adalah:
- Apa itu PHBS?
- Kenapa saya musti berubah?
- Apa pentingnya membuat jamban?
- Tidak ada yang jual jamban di desa saya
- Harga jamban mahal dan tidak ada dana untuk membangunnya
- Tidak bisa membuat jamban dan tidak ada tukang yang membuatnya
- Tidak ada air untuk menyiram jamban
Alasan-alasan tersebutlah yang kemudian mendorong pendamping lapangan melakukan kegiatan pemasaran sanitasi. Hal ini diyakini sebagai upaya membantu percepatan perubahan perilaku dan berpotensi dalam pertumbuhan ekonomi lokal bagi masyarakat yang ingin menjadi pengusaha jamban.
Cerita tentang “tinja menjadi emas hitam” sudah sering di gaungkan oleh Pak Sumadi dan Pak Tubi, warga desa yang sukses menjadi pengusaha jamban dan penyebar “virus” perubahan perilaku. Atas hasil keras dan semangatnya membantu masyarakat desa memperoleh jamban sehat dan sekaligus merubah perilaku BABS, seringkali mereka diajak untuk menjadi pembicara dan menularkan kisah suksesnya ke tempat lain. Cerita sukses ini menular dan menyebar hingga berbagai provinsi di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali dan NTB. Sungguh dahsyat!
Melihat potensi besar dari bisnis sanitasi, di Kabupaten Pemalang terdapat 165.393 rumah yang belum memiliki jamban sehat, jika asumsi per unit jamban mendapat untung Rp.100.000,-, maka total potensi ekonomi bagi Wirausaha Sanitasi adalah Rp.16.539.300.000,-. Ini adalah salah satu contoh nyata besarnya peluang mengenai kebutuhan jamban di masyarakat. Bappenas sendiri pernah menyatakan pada sekitar 2 tahun lalu bahwa masih ada 100 juta penduduk Indonesia yang masih belum mendapatkan akses jamban sehat. Nah!
Membantu masyarakat untuk berubah perilaku hidup bersih dan sehat menjadi hal yang sangat menyenangkan, selain mendapatkan pahala (kata pengusaha sanitasi) karena mengajak berubah menjadi baik, tentu akan memperoleh keuntungan juga dari bisnis penjualan jamban. Kalau demikian, semestinya banyak orang yang tertarik menjadi pengusaha jamban. Nah …?
Catatan:
Tulisan ini dipakai sebagai salah satu kontribusi untuk acara World Toilet Day 2016 yang diminta oleh salah satu lembaga donor.
Penulis: Trimo Pamudji (Watsan Specialist) dan Ratih Hafsari (Koordinator STBM Provinsi Jawa Tengah)