Apa peran Fasilitator sesungguhnya?
Sebuah sarana air bersih dan sanitasi yang terbangun tidaklah berarti jika tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Tentu tidak sekedar dimanfaatkan untuk memperoleh kemudahan, namun lebih besar lagi adalah untuk peningkatan derajat hidup manusia agar lebih baik.
Apakah bisa sebuah program pemberdayaan masyarakat dengan tim pendamping desa (biasa disebut Fasilitator Masyarakat) bisa membantu masyarakat meningkatkan derajat hidupnya?
Apakah derajat hidup manusia?
Dalam konteks program pemberdayaan masyarakat, tentu yang dimaksud dengan derajat hidup masyarakat bukanlah ukuran keimanan manusia dihadapan Tuhan, namun lebih pada bagaimana kita bisa mengukur keberhasilan suatu program pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat bisa terangkat kehidupannya menjadi lebih baik dalam segala aspek.
Jika menurut laporan Bank Dunia, terdapat beberapa indikator kunci (key performance indicator) yang dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu program, dua diantaranya adalah bertambahnya penduduk memperoleh kemudahan akses terhadap sarana air bersih, dan yang kedua adalah terhadap akses sanitasi. Tentunya masih ada indikator-indikator lainnya selain dua tersebut namun tidak ingin dibahas satu per satu disini.
Jika kedua indikator tersebut dipakai untuk mengukur tingkat (derajat) hidup manusia, selanjutnya mari kita bahas apa yang dimaksud tersebut dengan sudut pandang pemberdayaan.
Merubah manusia menjadi lebih mulia
Mari kita bayangkan! Bagaimana masyarakat yang semula menggunakan air kotor dari sungai, saluran-saluran pembuangan, air dari cekungan yang tidak jelas kualitasnya, air hujan, dan sumber lainnya, saat ini sudah beralih menggunakan air yang lebih bersih dari saluran tertutup dan terlindungi, tentu dengan kualitas air yang senantiasa dilakukan pengecekan.
Lebih dari tiga dekade yang lalu mungkin Anda masih bisa menemui bagaimana orang memperoleh air bersih yang bercampur dengan kotoran karena di sumber yang sama mereka menemui orang buang air besar, cuci pakaian, dan buang sampah (bahkan limbah berbahaya!).
Bagaimana sekarang?
Di bidang sanitasi, manusia tidak ubahnya seperti perilaku hewani (maaf!). Saya mengatakan hewani karena manusia tidak lebih baik daripada hewan dalam hal membuang air besar sembarangan (BABS). Iya sembarangan! Sembarangan karena dibuang dan dilakukan dengan cara terbuka di kebun, tengah sawah, sungai, samping rumah, dan tempat terbuka lainnya. Kotorannya dibiarkan terbuka sehingga menyebarkan penyakit. Penyakit pembunuh nomor satu di dunia!
Soal BABS, kucing jauh lebih baik karena mereka membuat lubang dan menutupnya kembali setelah membuang kotorannya.
Program pemberdayaan masyarakat telah berhasil membangun manusia menjadi lebih baik. Urusan memperoleh air bersih telah membuat mereka menjadi lebih sehat dan angka kematian akibat air kotor telah berkurang. Di bidang sanitasi, manusia telah berubah perilaku dari Buang Air Besar Sembarangan menjadi TIDAK Sembarangan.
Sungguh mengesankan!
Pemberdayaan masyarakat, BUKAN memperdayai masyarakat!
Belajar bersama adalah salah satu kunci keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Seorang fasilitator tidaklah berarti apa-apa jika mereka hanya sekedar menyampaikan apa yang ada dalam petunjuk teknis tanpa mau belajar bersama dengan masyarakat.
Pembelajaran paling penting adalah saat-saat dimana antara fasilitator dan masyarakat secara bersama-sama mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan desanya. Proses mencari solusi yang dilakukan dengan berbagai metode belajar bersama tersebut yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam menentukan pilihan pembangunan.
Sebuah petunjuk teknis disusun berdasarkan hasil pengalaman belajar bersama yang diperoleh dari sekumpulan praktek terbaik (best practice) di lapangan. Peran fasilitator menjadi sangat penting dalam urusan menghasilkan best practice ini karena mereka yang terjun langsung mendampingi masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah mengenai upaya yang dilakukan secara bersama-sama, bertujuan meningkatkan kapasitas belajar bersama, dan menghasilkan keluaran yang dapat dipakai untuk belajar bersama secara terus-menerus. Tidak ada istilah subyek dan obyek dalam proses belajar bersama ini. Peran fasilitator dan masyarakat sama-sama pentingnya.
Untuk menuju masyarakat madani, yang konon menjadi cita-cita mulia dalam program pemberdayaan, maka proses belajar bersama menjadi alat utama untuk meraihnya.
Mari belajar bersama!
Penulis: DJ Ono
*Sebuah catatan kecil utk refleksi Program Pamsimas