Fasilitator Masyarakat Ujung Tombak Peningkatan Kesejahteraan Rakyat di Desa
Beberapa minggu ke depan, ribuan fasilitator akan direkrut dan dimobilisasi oleh pemerintah ke desa-desa untuk mendampingi proses pembangunan sektor air bersih dan sanitasi. Peran mereka sebagai ujung tombak pembangunan desa dipercaya pemerintah dan lembaga donor dapat membantu percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat melalui sektor air bersih dan sanitasi.
Peran Fasilitator di Program Pemberdayaan Masyarakat
Dalam konteks pembangunan air bersih dan sanitasi di pedesaan, sebuah sarana air bersih dan sanitasi yang terbangun tidaklah berarti jika tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Sarana yang dibangun tidak sekedar dimanfaatkan untuk memperoleh kemudahan mengambil air, namun lebih besar lagi adalah untuk peningkatan derajat hidup manusia agar lebih baik.
Apakah bisa sebuah program pemberdayaan masyarakat yang didampingi oleh fasilitator (biasa disebut Fasilitator Masyarakat Desa) bisa membantu masyarakat meningkatkan derajat hidupnya? Tentu yang dimaksud dengan derajat hidup masyarakat bukanlah ukuran keimanan manusia dihadapan Tuhan, namun lebih pada bagaimana kita bisa mengukur keberhasilan suatu program pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat bisa terangkat kehidupannya menjadi lebih baik dalam segala aspek.
Menurut laporan Bank Dunia, terdapat beberapa indikator kunci (key performance indicator) yang dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu program, dua diantaranya adalah bertambahnya penduduk memperoleh kemudahan akses terhadap sarana air bersih, dan yang kedua bertambahnya memperoleh akses sanitasi. Masih ada indikator-indikator lainnya selain dua tersebut namun tidak ingin dibahas satu per satu disini. Jika kedua indikator tersebut dipakai untuk mengukur tingkat (derajat) hidup manusia, selanjutnya mari kita bahas apa yang dimaksud tersebut dengan sudut pandang pemberdayaan.
Fasilitator membantu masyarakat memperoleh akses yang lebih baik dan sehat
Mari kita bayangkan bagaimana masyarakat desa yang masih menggunakan air kotor sebagai air yang dipakai untuk kegiatan sehari-harinya. Sumber air mereka berasal dari air kotor sungai, saluran pembuangan, air cekungan bercampur pupuk dan kotoran hewan, air hujan, dan sumber lainnya yang tidak jelas kualitasnya. Apa dampaknya bagi kesehatan?
Melalui berbagai pendekatan, fasilitator telah berhasil membantu masyarakat desa membangun sarana air bersih yang berkualitas dan bahkan mendekatkan sumber air yang jauh ke rumahnya. Masih ingat slogan “air so dekat..”
Di bidang sanitasi, awal mula seorang fasilitator masuk ke desa dampingan, mereka melihat masyarakat desa tak ubahnya seperti perilaku hewani (maaf). Dikatakan demikian karena mereka tidak lebih baik daripada hewan dalam hal membuang air besar sembarangan (BABS). Iya sembarangan karena dibuang dan dilakukan dengan cara terbuka, jongkok di kebun, tengah sawah, sungai, samping rumah, dan tempat terbuka lainnya. Kotorannya dibiarkan terbuka sehingga menyebarkan penyakit. Soal BABS seperti ini, kucing jauh lebih baik karena mereka membuat lubang dan menutupnya kembali setelah membuang kotorannya. Pada kasus ini, fasilitator telah berhasil merubah masyarakat desa berperilaku hidup bersih dan sehat yang terlihat melalui kesadaran masyarakat sendiri membangun jamban di rumahnya. Anak-anak kecil menjadi sadar pentingnya cuci tangai pakai sabun, dan sebagainya.
Fasilitator memberdayaan masyarakat, BUKAN memperdayai masyarakat
Belajar bersama adalah salah satu kunci keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Seorang fasilitator tidaklah berarti apa-apa jika mereka hanya sekedar menyampaikan apa yang ada dalam petunjuk teknis tanpa mau belajar bersama dengan masyarakat.
Pembelajaran paling penting adalah saat-saat dimana antara fasilitator dan masyarakat secara bersama-sama mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan desanya. Proses mencari solusi yang dilakukan dengan berbagai metode belajar bersama tersebut yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam menentukan pilihan pembangunan.
Sebuah petunjuk teknis disusun berdasarkan hasil pengalaman belajar bersama yang diperoleh dari sekumpulan praktek terbaik (best practice) di lapangan. Peran fasilitator menjadi sangat penting dalam urusan menghasilkan best practice ini karena mereka yang terjun langsung mendampingi masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah mengenai upaya yang dilakukan secara bersama-sama, bertujuan meningkatkan kapasitas belajar bersama, dan menghasilkan keluaran yang dapat dipakai untuk belajar bersama secara terus-menerus. Tidak ada istilah subyek dan obyek dalam proses belajar bersama ini. Peran fasilitator dan masyarakat sama-sama pentingnya.
Untuk menuju masyarakat madani, yang konon menjadi cita-cita mulia dalam program pemberdayaan, maka proses belajar bersama menjadi alat utama untuk meraihnya.
Oleh:
TRIMO PAMUDJI AL DJONO
(Direktur & founder IPEHIJAU.ORG, konsultan pemberdayaan masyarakat)
(Tulisan diposting juga di www.orkestraindonesia.org)