Cerita ini menarik utk disimak jika dikaitkan dengan kecerdikan Abu Nawas yang dapat menginspirasi kreatifitas fasilitator dalam mendampingi masyarakat utk merubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) di sebuah program pemberdayaan masyarakat. Cerita ini sebenarnya agak sedikit panjang, namun dipotong karena cerita selanjutnya sudah tidak begitu relevan.
Begini ceritanya:
Baginda Raja Harun Ar Rasyid ingin sekali dihibur oleh seseorang, dan pada saat itu baginda ingin sekali di hibur dengan cerita dan candaan Abu Nawas. Namun berkali-kali utusan yang diperintahkan baginda untuk memanggil Abu Nawas selalu pulang dengan berita hampa dan mengabarkan bahwa Abu Nawas tak dapat datang.
Setelah lama berpikir, akhirnya baginda raja menemukan cara agar Abu Nawas dapat hadir di istana kerajaan. Raja menyuruh tiga orang pengawalnya untuk pergi ke rumah Abu Nawas dan memerintahkan agar ketiga pengawalnya tersebut buang air besar di tempat tidur Abu Nawas.
“Pengawal, pergilah kalian ke rumah Abu Nawas. Setelah tiba di rumahnya, beraklah kalian di tempat tidurnya. Jika kalian berhasil maka masing-masing dari kalian akan Aku hadiah yakni uang 1000 dirham” titah raja pada ketiga pengawalnya.
“Perintah Baginda akan kami laksanakan,” jawab ketiga pengawal itu secara bersamaan.
Seketika itu pula ketiga pengawal baginda langsung menuju ke rumah ABu Nawas. Sesampainya di rumah ABu Nawas, pengawal aja langsung menjelaskan kepada ABu Nawas yang kebetulan sedang berada di rumah tentang tugas yang diperintahkan.
“Kedatangan kami disini adalah diutus oleh baginda raja, dan kami diperintahkan untuk buang air besar di tempat tidurmu. Karena ini perintah raja, kamu tidak boleh menolak,” kata salah satu utusan dengan tegas.
“Silahkan saja kalau kalian mampu melaksanakan perintah raja, Saya sama sekali tidak keberatan” jawab Abu Nawas dengan santainya.
“Benarkah wahai Abu Nawas?” tanya utusan raja.
“Iya, silahkan saja,” sahut Abu Nawas.
Abu Nawas mengawasi orang-orang itu beranjak ke tempat tidurnya dengan geram dan pikiran dongkol.
“Hmm… ingin buang air besar di tempat tidurku? Betul-betul kelewatan,” guman Abu Nawas dalam hati.
Abu Nawas memutar otaknya, bagaimana caranya agar para utusan itu mengurungkan niatnya. Setelah berpikir beberapa saat, Abu Nawas akhirnya menemukan cara untuk menggagalkan tugas para utusan itu.
Pada saat para utusan itu hendak naik ke tempat tidur Abu Nawas dan bersiap-siap buang air besar, mendadak Abu Nawas berkata dari balik jendela kamar yang sedari tadi mengawasi.
“Hai para utusan raja, ada hal yang lupa, yang ingin saya sampaikan kepada kalian,” kata Abu Nawas.
“Apakah itu Abu Nawas?” tanya salah satu utusan raja.
“Saya ingatkan agar kalian jangan melebihi perintah baginda raja. Jika kalian melanggar, saya akan pukul kalian dengan sebuah pentungan besar lalu saya akan laporkan kepada baginda bahwa kalian melanggar perintahnya,” jawab Abu Nawas dengan serius.
Dengan cekatan Abu Nawas segera mengambil sebatang kayu besar yang ada di dapur rumahnya dan bergegas kembali mengawasi ketiga pengawal tersebut.
Bahkan kini Abu Nawas sudah mengambil pentungan kayu besar itu.
Karena merasa aneh dengan kelakuan Abu Nawas salah seorang pengawal bertanya kepada Abu Nawas.
“Apa maksudmu dengan berkata seperti itu tadi Abu Nawas?” tanya salah satu utusan.
“Ingat, perintah raja hanya buang air besar saja dan tidak boleh lebih dari itu,” jawab Abu Nawas.
“Iya..benar” jawab utusan itu.
“Aku ulangi lagi, hanya buang air besar saja tidak boleh lebih. Ingat tidak boleh buang air kecil, tidak boleh buka celana, tidak boleh cebok, hanya buang air besar saja,” tegas Abu Nawas dengan seriusnya.
“Mana mungkin, itu tidak mungkin, kami juga harus buka celana dan buang air kecil,” jawab salah satu utusan.
“Aku akan pukul kalian sekeras-kerasnya jika kalian melanggar perintah raja,” sahut Abu Nawas.
Mendengar penjelasan ABu Nawas, ketiga utusan raja saling pandang kebingungan dengan ucapan Abu Nawas itu.
Cerita selanjutnya tentu kemenangan ada di pihak Abunawas yang selain mendapatkan uang juga memperbolehkan dia memukul 3 orang pengawal raja.
Moral story:
Dari cerita diatas sebenarnya bisa dikaitkan dengan Pamsimas, terutama bagaimana pendamping Pamsimas dapat merubah perilaku warga masyarakat yang biasa buang air besar sembarangan. Misal, silakan saja masyarakat desa membuang air besar sembarangan ASAL TIDAK mencemari lingkungan bahkan menyebabkan penyebaran penyakit.
Kira-kira bisa gak ya?
Atau jawabannya seperti pengawal-pengawal tersebut: “Mana mungkin, itu tidak mungkin, ….”
Salam,
DJ Ono (twitter: @ipehijau atau @aldjono)